Dari Redaksi :

Bapak/Ibu guru dan alumni yang kami hormati serta anak didik kami yang kami sayangi tulisan dapat dikirim ke e-mail : artikelbtb@gmail.com. Redaksi akan memuat tulisan bilamana artikelnya dianggap layak untuk dipublikasikan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam tulisannya, agar mudah dibaca & dimengerti.

Terimakasih, Drs. Victor Maruli Panjaitan

TRAGEDI WORTEL TELOR dan BIJI KOPI

Tulisan : Drs. Victor Maruli Panjaitan

*** segelintir keberhasilan penulis dalam hidup & kehidupan ***
sekedar berbagi pengalaman kawan, semoga bermanfaat !!! kalau tidak...
gak apa-apa.

Tarulah 3 ( Tiga ) mangkok berisi air di atas api. Di mangkok yang pertama masukkan WORTEL. Di mangkok yang kedua masukkan TELOR. Di mangkok yang ketiga masukkan BIJI KOPI yang telah ditumbuk menjadi BUBUK KOPI.
Didihkan ketiga mangkok tersebut selama 15 menit. Kemudian ambillah yang telah anda masukkan tadi.

WORTEL masuk dalam kondisi keras...sekarang menjadi sangat lunak.
TELOR masuk dalam kondisi lembut di dalam sekarang menjadi keras di dalam.
BIJI KOPI yang sudah menjadi BUBUK KOPI masuk kedalam, airnya berubah menjadi warna kopi dan memiliki aroma yang sangat harum dan bubuk kopinya hilang.

Sekarang pikirkan tentang KEHIDUPAN.
Hidup tidak selalu mudah. Hidup tidak selalu menyenangkan.
Hidup kadang-kadang sangat keras.
Semuanya tidak terjadi seperti apa yang kita harapkan. Orang-orang tidak memperlakukan kita seperti apa yang kita harapkan. Kita kerja keras tetapi mendapat hasil sangat sedikit.
Apa yang terjadi ketika kita menghadapi KESUKARAN ???

Sekarang pikirkan lagi tentang ketiga mangkok kita tadi.
AIR yang mendidih ibarat persoalan KEHIDUPAN kita.

Kita dapat hidup seperti WORTEL... Kita masuk dengan keras dan kuat, namun kita harus keluar dengan lunak dan lemah.
Kita menjadi sangat lelah, Kita kehilangan harapan, Kita menyerah. Tidak ada lagi semangat berjuang. Maka Jangan seperti Wortel...!!!

Kita dapat hidup seperti TELOR... Kita mulai dengan hati lembut dan peka, namun kita berakhir dengan hati yang keras dan tanpa perasaan. Kita benci orang lain dan kita juga benci diri sendiri. Hati kita membeku, Tidak ada lagi kehangatan, yang tinggal hanya kepahitan.
Maka jangan seperti Telor...!!!

Kita dapat hidup seperti BIJI KOPI...Air tidak mampu mengubah bubuk kopi, Bubuk kopilah yang mengubah air. Airnya berubah karena bubuk kopi. CIUM... RASAKAN... MINUM...makin panas airnya makin nikmat rasanya.
Maka kita dapat seperti BIJI KOPI... Kita membuat sesuatu yang indah dari kesukaran yang kita hadapi.

Kita belajar sesuatu, Kita mendapat pengetahuan baru, keterampilan baru & kemampuan baru. Kita tumbuh bersama PENGALAMAN. Kita membuat dunia sekeliling kita menjadi lebih indah.

Untuk SUKSES ... kita harus mencoba dan mencoba lagi.
Kita harus yakin tentang apa yang kita lakukan
Kita tidak boleh menyerah
Kita harus sabar
Kita harus tetap mendorong dan mendorong lagi.

Persoalan dan kesukaran memberi kita kesempatan untuk menjadi lebih kuat...lebih baik...dan lebih tanggap.

Nah...Sekarang kita mau menjadi apa ketika menghadapi persoalan :
Seperti Wortel...? Seperti Telor...? atau seperti Biji Kopi...?
Jawabnya-- Jawabmu-- Jawabku-- Jawab kita, secara khusus Jawab anak-anak ku :
Horeee... papa pulang !!! bawa kue...kata anak-anak dirumah.
Enak rasanya kehidupan itu kawan...bagaikan perut lapar bertemu nasi.
( Ter- untuk : Istriku tercinta dan tersayang Rohaida Heriaty Tampubolon dan sibuah hatiku : Mutiara, Manuel & Dicaprio )
Ini papa... ma, nak, *** bagaikan anak kecil bawa pedang*** cerioo...

Dikutip dari Memorandum, Drs. Victor Maruli Panjaitan

Copyrigh © 2008 by : Mampe Sinaga, Drs. Victor Maruli Panjaitan